Tak Ada Rekrutmen CPNS, Jumlah Honorer Tambah Terus
Namun, tidak jadi dilaksanakan karena untuk mencetak guru SD tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengajarannya tidak sama denga anak SMA dan SMP.
“Mengajar anak SD pedagogiknya tinggi, yakni bagaimana pendekatan kepada anak harus punya kesabaran tinggi. Guru SMP dan SMA hanya mengajar satu mata pelajaran, sementara di SD mengajar seluruh mata pelajaran. Kecuali agama dan penjaskes. Itu kendalanya kalau menjadikan guru SMA menjadi guru kelas di SD,” katanya.
Ia berharap ada pengangkatan guru PNS. Guru honor juga dituntut meningkatkan kompetensi.
“Harus selalu mengembangkan diri untuk meningkatkan kompetensi,” katanya.
Dia berharap pemerintah mencabut moratorium pengangkatan PNS dan memberikan kouta yang lebih besar kepada Padang.
Selagi moratorium belum dicabut, guru honor akan bertambah karena setiap tahun hampir 100 orang guru pensiun, sehingga sekolah didominasi guru honor.
“Kalau ada pelatihan-pelatihan yang diutamakan adalah guru PNS, guru honor ini tetap saja ilmunya stastis,” ucapnya.
Nelly, Kepala SDN 17 Kotobaru Kecamatan Lubukbegalung, mengatakan ada 14 orang di sekolahnya. Rinciannya, 10 guru PNS dan 4 guru honor.
“Guru honor ini untuk menyiasati kekurangan guru PNS. Honornya dibayar melalui Bosda,” katanya.
Senada diungkapkan Farida, Kepala SDN 09 Gaung Kecamatan Lubukbegalung. Dia mengatakan, jumlah guru ada 9 orang terdiri dari 5 orang guru PNS, termasuk kepala sekolah dan 4 guru honor.
”Jumlah guru sudah pas meski dibantu guru honor yang gajinya dibayar Bosda,” katanya.
Sementara itu, di SMPN 35 Padang yang terletak di Seberangpadang, Kecamatan Padang Selatan, jumlah guru PNS 23 orang dan guru honorer 6 orang.
Guru honorer terdiri dari guru BK 2 orang, TIK 2 orang, Bahasa Inggris 1 orang dan Budaya Alam Minangkabau (BAM) 1 orang.
”Gajinya dibayar melalui Bosda,” kata Asnimar, Wakil Kesiswaan.
Dia mengatakan, guru yang mengajar BAM harus sinkron dengan latar belakang pendidikannya.