Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tak Perlu Pelarangan, SCI Usulkan Cara Siasati Kemacetan Jalan saat Libur Besar Keagamaan

Kamis, 11 Juli 2024 – 11:39 WIB
Tak Perlu Pelarangan, SCI Usulkan Cara Siasati Kemacetan Jalan saat Libur Besar Keagamaan - JPNN.COM
Pelarangan pembatasan terhadap angkutan logistik khususnya sumbu tiga atau lebih pada saat libur besar keagamaan sangat berdampak kepada inefisiensi di dalam kegiatan logistik. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Supply Chain Indonesia (SCI) menilai pelarangan dengan melakukan pembatasan terhadap angkutan logistik khususnya sumbu tiga atau lebih pada saat libur besar keagamaan sangat berdampak kepada inefisiensi di dalam kegiatan logistik.

Penyebabnya, libur-libur panjang tersebut sesuatu yang berdampak kepada terhentinya aliran barang.

Hal itu disampaikan Senior Consultant Supply Chain Indonesia, Sugi Purnoto. Di sektor ekspor impor misalnya, menurutnya, ada yang disebut closing kapal di mana voyage atau perjalanan kapal dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya itu tidak mengenal libur.

“Sehingga, jika dilakukan pelarangan terhadap truk-truk sumbu 3 atau lebih di hari-hari libur, itu jelas berdampak kepada peningkatan biaya logistik yang tinggi,” ujarnya.

Pasalnya, lanjut Sugi, dengan adanya pembatasan terhadap truk-truk sumbu 3 atau lebih itu, armada tidak bisa mengambil barang yang secara langsung akan berdampak kepada bertambahnya biaya storage di pelabuhan.

Sebab, katanya, storage itu hari pertama saja yang free, sedang hari kedua sudah ada biaya dan akan semakin tinggi di hari-hari berikutnya karena berlaku biaya progresif untuk penyimpanan atau storage.

“Sehingga, dengan tidak bisa melakukan proses pengeluaran barang karena adanya pelarangan itu kan berdampak terhadap bertambahnya biaya storage di pelabuhan,” tukasnya.

Sedang untuk industri-industri lainnya, dampak dari kebijakan pelarangan tersebut akan menyebabkan terganggunya produksi karena suplai material atau suplai bahan bakunya terhambat.

Begitu juga dengan kegiatan domestik di dalam kota Jabodetabek sendiri maupun kegiatan aliran dari Jabodetabek menuju ke luar kota, baik itu ke Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, atau sebaliknya, dengan adanya pembatas itu otomatis suplai barang-barang yang akan masuk juga jadi terhambat.

Kalau pelarangan itu dilakukan selama 4 hari, menurut Sugi, terhambatnya itu bukan hanya 4 hari saja tapi ditambah lagi dengan perjalanan menuju tempat distribusi barang. Jika barang itu akan dibawa dari Jakarta ke Surabaya, berarti harus ditambah tiga hari perjalanan lagi.

“Jadi, secara praktis pelarangan atau pembatasan itu menyebabkan kedatangan barang ke daerah-daerah yang dituju menjadi terlambat lebih lama lagi. Karena, kan harus ditambahkan lagi durasi perjalanannya,” ucapnya.

Khusus barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti air minum dalam kemasan (AMDK) yang tidak toko-toko di ritel tapi toko-toko kecil seperti minimarket-minimarket yang tidak punya stok yang banyak, itu bisa terjadi kelangkaan stok dengan diberlakukannya kebijakan pelarangan terhadap truk-truk sumbu 3 atau lebih. Hal itu disebabkan rata-rata stoknya untuk dua hari.

“Itu karena stok mereka untuk semua merek AMDK paling 30 atau 40 galon. Nah, itu kalau dibeli dalam dua kali saja mungkin sudah habis mesti besok diisi lagi,” tuturnya.

Dia mengutarakan bahwa pembatasan truk-truk sumbu 3 atau lebih di hari-hari libur keagamaan itu lebih berdampak di Jabodetabek dibanding daerah-daerah lain yang tidak terlalu banyak kendala.

Hal itu disebabkan pembatasannya ini dilakukan utamanya adalah tol dalam kota, tol jorr, kemudian tol menuju Merak, Bandung, Trans Jawa sampai dengan Kali Kangkung di Semarang.

SCI menilai pelarangan dengan melakukan pembatasan terhadap angkutan logistik khususnya sumbu 3 saat libur hari besar sangat berdampak pada kegiatan logistik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News