Tak Putus Asa Wujudkan Organ Transplant Center
Selasa, 25 Mei 2010 – 07:59 WIB
Hasilnya, yang keluar pada hari Putra meninggal dunia, menunjukkan bahwa terjadi necrosis (kerusakan sel) pada liver bocah tersebut. Namun, mengingat berbagai komplikasi yang dialami Putra, itu tidak otomatis menunjukkan bahwa livernya mengalami rejeksi (penolakan). "Infeksinya itu bisa bikin gangguan liver. Hipoksik (rendahnya kadar oksigen, Red) juga bisa menyebabkan gangguan liver," kata dr Philia Setiawan SpAnKIC, intensivist yang menangani Putra, kemarin.
Beratnya perjuangan yang harus dijalani Putra, dan kerasnya usaha tim dokter untuk menyelamatkan nyawa bocah itu selama sebulan pascatransplantasi, tak bisa dipungkiri menimbulkan rasa kehilangan yang amat besar. "Kami ini nggak ngerti kapan jamnya tidur, jamnya kerja. Otomatis, kami perlu recovery setelah menangani Putra," kata koordinator teknis tim liver transplant RSUD dr Soetomo, dr Poerwadi SpB SpBA.
Kendati butuh waktu untuk pulih, Poerwadi tetap yakin bisa melaksanakan misi untuk mendirikan pusat transplantasi organ bagi masyarakat, khususnya di Indonesia Timur. "Untuk selanjutnya terserah penilaian masyarakat. Kami kan meyediakan jasa, sarana, kemampuan. Kami sudah menunjukkan pada masyarakat. Kalau masyarakat percaya kan pasti ada orang yang mau transplan. Namanya dokter kan selalu siap," katanya.