Tan Malaka di Gedung DPR
Sejak jadi buruan Politieke Inlichtingen Dienst (PID), polisi rahasia pemerintah Hindia Belanda yang memata-matai kaum pergerakan, dia bergonti-ganti nama.
Sekira 23 nama samaran Tan Malaka antara lain Elias Fuentes, Estahislau Rivera, Alisio Rivera di Filipina; Hasan Gozali di Singapura, Ossorio di Shanghai, Ong Soong Lee di Hongkong, Tan Ming Sion di Burma, Cheung Kun Tat dan Howard Law di Tiongkok; Legas Hussein, Ramli Hussein, dan Ilyas Hussein di Indonesia.
“Tan Malaka dan Soebardjo kenalan di Belanda ketika sama-sama menimba ilmu. Mereka jumpa dan menghabiskan waktu berlama-lama pada 1919 dan 1922,” sebagaimana dicuplik dari buku Jejak Intel Jepang.
Menurut Soebardjo, postur tubuh Tan Malaka lebih tinggi dari padanya. Pundaknya lebar, kupingnya berdiri, dan sorot matanya tajam. Jika bicara suaranya sangat lembut.
Soebardjo menanyakan kabar dan rencana Tan Malaka.
“Sampai sekarang saya hidup incognito (tidak remi) di bawah tanah. Sekarang Indonesia sudah merdeka, saya ingin hidup dan bergerak di atas tanah secara resmi. Saya ingin menemui dan mengenal pemimpin-pemimpin Indonesia,” kata Tan.
“Tan Malaka tinggal di mana?” tanya Soebardjo.
Sambil mesem, Tan Malaka menjawab, “Bagaimana seorang zwerver (gelandangan) mempunyai tempat kediaman tertentu…”