Tanoto Foundation Dukung Percepatan Peningkatan Kualitas Pendidikan, Begini Caranya
“Kedua, kami menggunakan pendekatan berbasis data dan bukti agar Program PINTAR lebih terarah dan efektif. Misalnya, bersama Asia Philanthropy Circle dan Djarum Foundation pada tahun 2017, kami menunjuk McKinsey & Company untuk melakukan studi tentang area-area intervensi yang paling berdampak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Prinsip ketiga yaitu kemitraan karena kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kami tidak bisa bekerja sendiri. Untuk itu, kami menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan
swasta, dari tingkat lokal, regional hingga internasional,” tambah Belinda Tanoto.
Tanoto Facilitator Gathering (TFG) adalah acara tahunan untuk memberi apresiasi kepada fasilitator Program PINTAR yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas di daerah mitra, serta dosen di LPTK mitra Tanoto Foundation.
Dalam acara tersebut, para fasilitator juga diberi pelatihan untuk mengembangkan kapasitas dalam pembelajaran, saling belajar dan membangun jejaring antar fasilitator, juga mendengarkan inspirasi dari berbagai pembicara dan pengisi acara.
TFG 2020 yang digelar pada 19, 24, dan 25 November adalah penyelenggaraan yang pertama, dengan menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem, Mantan CEO Jawa Pos Group Dahlan Iskan, Psikolog dan Humanitarian Alissa Wahid, Menteri Pendidikan Nasional 2009- 2014 Mohammad Nuh, Ketua Dewan TIK Nasional Ilham Akbar Habibie, dan pembicara inspiratif lainnya.
Sementara itu CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo menekankan bahwa masa pandemi menjadi momentum bagi tenaga pendidik untuk mengubah paradigma dalam pembelajaran.
Jika sebelum pandemi, guru mengajar di kelas sesuai dengan kurikulum dan murid mendengarkan dan belajar, maka dibutuhkan pendekatan berbeda agar murid bisa mengikuti pembelajaran dengan baik saat disampaikan secara daring.
“Kita kembali ke hakikat awal dari pembelajaran dengan memberikan arahan kepada murid dan murid-lah yang menjadi aktor di dalam pembelajaran. Mereka akan belajar dari konten digital, dari sumber yang sudah ada Dan tugas Guru adalah untuk memandu konten apa yang perlu dipelajari
tanpa membatasi wawasan yang murid bisa belajar dari konten digital itu. Dalam situasi ini, kita diajak untuk merenungi arti dan inti pendidikan, yaitu menempatkan siswa pada pusat pembelajaran. Student at the center of the learning,” kata Satrijo Tanudjojo. (flo/jpnn)