Tanpa Sakit
Oleh: Dahlan IskanSuatu saat ia melirik salah satu pasiennya membuka laci mejanya. Si pasien mengambil uang dari laci itu. Dokter Agus pura-pura tidak melihat. Pasti orang itu sangat perlu uang.
"Toh yang diambil uang kecil," ujarnya. "Kalau diambil semua, ya, saya ngamuk," tambahnya lantas tertawa.
Dari sekadar tempat praktik, dr Agus bikin klinik kecil. Berkembang ke klinik besar. Akhirnya berdiri rumah sakit: 120 bed. Type C.
Awalnya dr Agus ingin mencantumkan nama ayahnya sebagai nama rumah sakit: Adzim Medika. Abdul Adzim. Tapi ayahnya itu, ketika itu, masih hidup. Nama RS, aturan saat itu, tidak boleh diambil dari orang yang masih hidup.
Kebetulan Sang Kakek sangat memuji cucu yang bernama Agus itu. Diam-diam.
Dokter Agus pernah mencuri dengar omongan kakeknya kepada neneknya. Tentang pujian sang kakek itu.
Kelak, di awal tahun 2000-an, ketika dr Agus membangun masjid di kompleks rumah sakit itu, nama sang ayah jadi nama masjid itu: Al Adzim.
Sebagai rumah sakit di pinggir jalan by pass, Anwar Medika sering menerima korban kecelakaan. Itu merangsang dr Agus untuk melengkapi rumah sakitnya dengan fasilitas forensik.