Tantangan Ajaran Samin Mempertahankan Nilai Kejujuran dan Persaudaraan
Tak hanya sesama makhluk sosial atau sesama manusia, alam, tumbuhan dan binatang pun memiliki derajat yang sama sebagai ciptaan-Nya.
Hal ini terungkap dalam sarasehan budaya bertajuk Bertahan Menjadi Samin di Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Kamis (15/12).
Acara yang digelar Sie Budaya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah bekerja sama dengan Teater Lingkar Semarang ini dibuka Ketua PWI Jateng Amir Mahmud.
Hadir sebagai pembicara antara lain Mbah Poso dan Mbah Lasio (Sesepuh Sedulur Sikep Samin Klopoduwur Blora), Dr Agus Maladi (pengajar FIB Undip), Moh Rosyid (peneliti Samin dan pengajar STAIN Kudus), serta Prie GS (budayawan).
Aktivis seni budaya Jawa Tengah Daniel Hakiki mengatakan, kebudayaan memiliki ranah tersendiri yang mestinya tidak bisa dibaurkan dengan sekadar kebutuhan duniawi orang, apalagi di zaman sekarang.
Apabila dibaurkan, dikhawatirkan nilai dari kebudayaan itu sendiri akan mengalami degradasi dan lambat laun akan ditinggalkan.
“Saat ini masyarakat Samin sedang banyak disorot. Pemahaman hidup orang Samin dirasa mulai bergeser kepada ranah politik. Ditandai dengan banyaknya pergerakan politik yang massif dari sebagian warganya. Warna tersebut yang kini membawakan eksistensi masyarakat Samin secara umum," papar Daniel.
Hal itu dikhawatirkan dapat mengurangi kearifan atau keluhuran ajaran Samin itu sendiri.