Tarif Mongol Rp 5 Juta Per 8 Menit
Senin, 26 Desember 2011 – 06:15 WIB
Pada malam Natal lalu pun, dia harus ber-open mic di Medan. Kembali ke Jakarta, lalu Rabu (28/12) dia terbang ke Pekanbaru untuk menghadiri acara Natal Korpri di ibu kota Provinsi Riau itu. "Saya tidak bisa menolak menerima job pada malam Natal karena sudah dijadwalkan sejak lama. Tidak enak kalau harus dibatalkan," terangnya.
Selain persoalan keseimbangan jadwal antara menjadi comic dan pelayan Tuhan, Mongol harus menghadapi kritik jemaat karena seringnya mengambil bahan lawakan tentang gereja. Misalnya, tentang jemaat yang tertidur saat khotbah atau yang terlalu khusyuk hingga tak sadar dompetnya dicuri.
Kebanyakan lawakan Mongol memang bermain di batas sensitivitas seperti itu. Mulai soal etnisitas hingga homoseksualitas. Pria gay yang diistilahkan sebagai "Pria KW" adalah materi yang kerap dipakai. Saking seringnya, pria yang masih betah melajang itu sampai digosipkan sebagai bagian dari komunitas tersebut, meski ditepisnya.