Tawa, Emosi, dan Sedih Berbaur Jadi Satu
jpnn.com - jpnn.com - Tinju adalah salah satu olahraga yang penuh emosi. Khususnya di tingkat amatir. Hal itu terlihat nampak jelas pada suasana kejuaraan tinju Wali Kota Ternate Cup yang digelar di Lapangan Ngara Lamo, Salero selama 9 hari. Seperti apa suasana dan perasaan orang-orang yang datang memadati Lapangan Ngara Lamo? Berikut laporan dari Wartawang Malut Post.
Maslan Adjid, Ternate
“Saya setiap hari datang untuk menonton tinju ini. Saya senang, karena lucu dan asyik,” ujar Ipan, warga Akehuda yang sangat berminat menyaksikan pertandingan tinju, saat ditanya wartawan di sela-sela menyaksikan pertandingan tinju, Rabu (1/3) kemarin.
Kejuaraan tinju Walikota Cup yang berlangsung sejak 22 Februari lalu memang menyodot perhatian warga kota Ternate selama satu minggu belakangan ini. Bagaimana tidak, event yang dihadiri sebanyak 307 petinju dari berbagai Sasana tinju di Malut itu tampil di ring tinju dengan penuh emosional. Jangan heran, penonton yang datang memadati Lapangan Ngara Lamo itu tidak saja memberi dukungan pada Sasana yang ada di kelurahan mereka, tapi juga ingin menyaksikan laga yang mengundang tawa, emosi dan sedih itu.
Para penonton sesekali memecahkan tawa mereka, ketika satu partai memasuki ronde kedua atau ketiga. Pada detik-detik itu, petinju pun sudah kecapean dan bahkan ada yang harus memilih mengalah sendiri dengan tidak lagi melanjutkan pertandingan.
Ada juga momen-momen yang tak kalah menair, ketika kedua petinju tampil dengan penuh emosi. Terlihat jelas, para petinju pun sudah mengabaikan teknik-teknik tinju yang pernah diajarkan pelatih mereka. Jep andalan, pukulan cepat nan mematikan pun tak lagi terlihat seiring stamina petinju yang sudah habis terkuras.
Petinju pun tampil dengan stamina apa adanya. Apa yang terjadi? Penonton pun memecahkan tawa dengan keras sambil berteriak memberi dukungan.
Momen sedih pun ada di antara keriuhan itu. Ada petinju yang terkena pukulan dan mengeluarkan darah, para penonton pun merasakan kesedihan yang dalam. Bahkan ada yang enggan menonton lagi dan mengaku tidak rela andai anak harus menjadi petinju.