Tekanan Barat Bikin China dan Rusia Makin Erat
jpnn.com, BEIJING - Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan bahwa hubungan bilateral antara Moskow dan Beijing saat ini makin erat bahkan berada pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam pembicaraan dengan PM China Li Qiang, Rabu, Mishustin mendesak Beijing untuk bekerja sama menghadapi berbagai tantangan yang ditimbulkan akibat sanksi Barat terhadap Rusia atas perang di Ukraina.
Pertemuan Mishustin dan Li dilakukan setelah Kelompok Tujuh Negara Maju (G7) mengeluarkan peringatan keras terhadap China dan Rusia pada KTT di Hiroshima pekan lalu.
Kedua perdana menteri itu telah mengatur penandatanganan nota kesepahaman (MoU) termasuk dalam upaya mempromosikan kerja sama perdagangan.
Mishustin mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi Moskow dan Beijing berkaitan erat dengan peningkatan pergolakan di kancah global internasional dan tekanan kolektif Barat.
Li mencatat bahwa kolaborasi yang bermanfaat antara China dan Rusia telah menunjukkan perkembangan yang baik. Dia juga menyatakan keinginan Beijing untuk bekerja dengan Moskow dalam memperluas area kerja sama di berbagai bidang.
Pada Desember 2022, negara-negara Barat menetapkan batasan harga pada minyak mentah Rusia untuk menekan sumber pendapatan utama Moskow sebagai hukuman atas perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Namun, China menentang sanksi tersebut dan terus membeli energi dari negara tetangganya itu.
Setelah pertemuannya dengan Li, PM Rusia selanjutnya dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.