Telaga Wan An
Oleh: Dahlan Iskanjpnn.com - "Itu hotel?" tanya saya. Jari saya menunjuk satu bangunan besar. Seperti baru. Empat lantai. Di pinggir 'danau' yang teduh, damai dan tenang.
Kanan kiri bangunan itu hutan. Berbukit. Di belakangnya gunung.
Bangunan itu seperti tempat peristirahatan.
Saya memotretnya dari sisi lain "danau". Lihatlah hasilnya. Kurang bagus. Seperti wartawan-foto comberan, apalagi motretnya hanya pakai HP.
Itu pun HP yang sudah terluka di empat pojoknya: luka yang tidak bisa disembuhkan, pun ketika sudah dibawa pergi jauh.
Yang saya tanya adalah pimpinan proyek yang lagi saya kunjungi. Ia sudah sejak muda bekerja di situ. Ia hafal perjalanan perubahan di desa pedalaman Tiongkok ini.
Jawab teman itu mengagetkan saya. Itu bukan hotel. Bukan vila.