Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tenda Lama Ambruk, Tenda Baru Dikira Tempat Pengungsian

Minggu, 16 Februari 2014 – 14:52 WIB
Tenda Lama Ambruk, Tenda Baru Dikira Tempat Pengungsian - JPNN.COM
Keluarga besar pengantin membawa seserahan sambil mengenakan masker. Foto: JPPhoto

Setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, akhirnya Sukemi memutuskan untuk tetap melangsungkan pesta pernikahan putrinya. Karena itu, lalu didirikan tenda yang baru.

"Tapi, begitu tenda berdiri lagi, warga berbondong-bondong berdatangan. Mereka mengira kami membikin posko pengungsian," ungkapnya.

Aan dan Dita berpacaran sejak SMA. Mereka sudah lama merencanakan pernikahan itu. Tapi, hari "H" pernikahan mereka ternyata didahului erupsi Gunung Kelud yang dahsyat. "Ini namanya musibah. Kami harus bisa memetik hikmahnya," ungkap Aan yang bekerja di perusahaan rokok ternama di Kediri itu.

Menurut mempelai perempuan, Dita, hari pernikahannya tersebut sungguh istimewa. Peristiwa yang akan dikenang sepanjang masa. "Bisa kami ceritakan kepada anak keturunan kami nanti. Doakan kami lekas dapat momongan ya," ucap perempuan 22 tahun itu lantas tersenyum.

Upacara pernikahan juga diselenggarakan keluarga Sriyami, warga Dusun Kalasan, Desa Jarak, Ploso Klaten. Dia "terpaksa" menikahkan putrinya, Dwi Susanti, dengan Bambang Purwanto sehari setelah Gunung Kelud meletus.

Seperti halnya keluarga Sukemi, keluarga Sriyami telanjur mempersiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan itu. Namun, pesta yang seharusnya menjadi hari bahagia tersebut berlangsung dengan rasa kekhawatiran terjadinya erupsi. Apalagi ketika itu berembus kabar bahwa Kelud akan memuntahkan abu vulkanis lagi. "Tapi, saya terus berdoa agar diberi kelancaran. Itu saja," katanya.

Sebagaimana halnya di rumah Sukemi, dapur keluarga Sriyami yang sedang menyiapkan makanan untuk pernikahan juga ambruk. Beras ketan yang akan dimasak menjadi jajanan terkena abu vulkanis. Karena itu, dia terpaksa membuang bahan makanan yang akan disuguhkan kepada para tamunya tersebut.

Bahkan, para tetangga yang biasanya ikut membantu memasak tidak menampakkan diri seorang pun. Maklum, mereka disibukkan urusan rumah masing-masing yang kotor karena hujan batu dan abu Kelud itu.

Kendati Gunung Kelud masih berstatus awas, seorang warga Desa Ploso Klaten, Kecamatan Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, tetap nekat menggelar hajatan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News