Tensi Politik di Surabaya Panas, Warga: Jangan Waktu Kampanye Saja Manis
"Saya tidak ngerti pansus itu apa. Tapi menurut saya yang penting bantuan. Enak mereka dapat gajian tiap bulan. Lha saya orang kecil mau gimana lagi," katanya.
Yani mengaku penghasilannya menurun lantaran pandemi COVID-19, ditambah dengan pemberlakukan PSBB yang makin mempersempit ruang gerak ekonomi masyarakat kecil.
"Semua susah, jangan ditambah sama polemik-polemik itu. Ayo orang-orang dewan mikir rakyatnya. Jangan waktu kampanye aja manis," ujarnya.
Sambil mengerjakan kerajinan aksesoris, para emak-emak warga Pakis terus mengeluhkan dampak ekonomi akibat Pandemi COVID-19 dan PSBB Surabaya jilid II.
"Sudah cari makan susah, warung kopi dioperasi, sekarang malah orang dewan bertengkar sendiri-sendiri. Sudah tidak perlu rapat-rapat. Seharusnya orang dewan itu membantu pemerintah biar cepat, tidak malah bertengkar," katanya.
Kekesalan para emak-emak tersebut cukup beralasan lantaran penghasilan para suami menurun bahkan hilang akibat pemberlakuan PSBB, ditambah dengan polemik Pansus COVID-19 DPRD Surabaya yang terus berkelanjutan.
Diketahui sejak awal pembentukan Pansus COVID digulirkan oleh sejumlah fraksi sudah menuai pro-kontra dan berlanjut dalam rapat Banmus DPRD Kota Surabaya.
Pimpinan Banmus berupaya menempuh jalan musyawarah. Namun tetap tidak terjadi mufakat sehingga diputuskan jalan voting.