Tentang Andi Mallarangeng di Penjara, Dua Jarinya Patah
Bahkan, di tenis lapangan, ia dijuluki “raja” di Sukamiskin.
“Sekarang pun masih bisa main. Yang sakit kan tangan kiri. Pegang raket pakai tangan kanan. Kiri ini masih bisa angkat bola,” katanya sampil memeragakan gaya mengangkat bola, lalu melakukan servis.
Andi Mallarangeng tak banyak berubah. Masih ramah. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Dengan riang dia menceritakan kehidupannya selama di Sukamiskin.
Tak hanya aktif berolahraga. Kakak Choel Mallarangeng ini juga rajin ikut kajian agama. Setiap ada pemateri dari luar, pasti ia hadir. Salat? Jangan tanya. Tak ada waktu yang ia lewatkan.
Begitu pun kegiatan bermusik. Fasilitas band yang tersedia dalam lapas, sering ia manfaatkan untuk mengisi waktu luangnya.
“Di sini, dengar lagu yang dibawakan saja, tanpa harus ruang band kita pasti tahu siapa yang main. Kalau lagu-lagu jadul, pasti Pak Akil Mochtar itu,” bebernya sambil tertawa lepas.
Satu hal unik dari lulusan Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat itu, yakni kemampuannya berbahasa Mandarin.
Saat berbincang dengan penulis, tiba-tiba ada seorang pemuda keturunan Tionghoa yang menghampiri. Namanya Zulfikar.