Tentang Andi Mallarangeng di Penjara, Dua Jarinya Patah
“Ada juga yang mengurung diri saja. Nah, kalau yang seperti itu kadang dia menangis, lalu teriak-teriak. Yang paling parah kalau ke masjid. Kita kan hadap kiblat ke Barat. Nah, ada yang menghadap Timur. Ini sudah parah sekali berarti,” lanjutnya.
Lama berbincang soal kehidupan di lapas, penulis diajak mengunjungi kamar bekas sel Presiden RI pertama, Soekarno.
Kebetulan, sore itu ada beberapa anggota Komisi D DPRD Sulsel yang juga menjenguk. Sekalian sama-sama ke sana. Ilham sebelumnya minta izin ke petugas lapas. Memang tak bisa sembarangan sel tersebut dikunjungi.
Kami ditemani seorang petugas lapas bernama Didin K. Letak lapas tersebut berada di Blok Timur. Posisinya tepat di atas tangga sebelah kiri, lantai dua. Nomornya TA 01.
Nah, kamar yang tak lagi dihuni tersebut berada persis di depan kamar Andi Mallarangeng. Tetapi kami tak mengunjungi kamarnya. Hanya di kamar Soekarno saja.
Di pintu kamar terdapat tulisan “Bekas Kamar Bung Karno”. Pada dinding luar, tertempel poster berisi keterangan singkat yang menyebutkan bahwa di dalam sel tersebut Bung Karno menulis buku terkenal berjudul “Indonesia Menggugat”.
Dari kamar Soekarno, kami balik ke saung dengan melalui kebun belakang lapas. Di sana ada beragam tanaman. Kebayakan tomat dan sayur-sayuran.
“Selain kebun tanaman, di sini juga kebun binatang,” ujar Ilham memperlihatkan kami kandang berisi ayam dan beragam jenis burung.