Tergembleng setelah Enam Tahun Bertugas di Timor Leste
Hingga SMA, bapak dua anak itu masih tinggal di pulau yang berada di pesisir timur Sumatera Selatan tersebut. Baru ketika kuliah, dia melanjutkan pendidikan dokter di sebuah universitas di ibu kota.
’’Waktu kuliah itu pun masih belum terpikir (mau jadi tentara). Yang ada bagaimana saya bisa menjadi dokter,’’ tambahnya.
Namun, seiring perjalanan waktu, dunia militer justru menarik perhatian Daniel. Tepatnya sesaat setelah dia lulus pendidikan dokter pada 1984. Ketika itu, Daniel melihat sejumlah seniornya sukses masuk menjadi tentara melalui jalur wamil (wajib militer).
’’Pada tahun-tahun itu, sistem di TNI sudah berjalan baik, tidak ada sekat suku atau agama. Mereka yang terbaik yang akan dipromosikan,’’ tuturnya.
Daniel pun ikut mendaftar tentara lewat jalur wamil pada 1984. Setahun kemudian, dia lulus sekolah calon perwira (secapa) dan mendapat tugas pertama di Kodam IX/Udayana. Tepatnya di Batalyon 745 yang bermarkas di Lospalos, Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dia langsung bertugas dalam operasi militer.
Daniel bertugas selama 2,5 tahun di kota berpenduduk sekitar 28 ribu jiwa itu. Selanjutnya, dia pindah tugas ke ibu kota Timor Leste, Dili. Selama sekitar 3,5 tahun dia bertugas di wilayah yang kemudian lepas dari RI pada 1999 tersebut.
’’Enam tahun penugasan di daerah operasi militer itu banyak menempa saya,’’ ungkapnya.
Keluar masuk hutan dengan hanya berjalan kaki sudah biasa bagi dia waktu itu. Sebagai dokter militer, Daniel tidak berbeda dengan prajurit pada umumnya.