Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Terima Pengurus KAMMI, Bamsoet Bicara Bonus Demografi dan Visi Indonesia 2045

Rabu, 19 Agustus 2020 – 23:13 WIB
Terima Pengurus KAMMI, Bamsoet Bicara Bonus Demografi dan Visi Indonesia 2045 - JPNN.COM
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menerima pengurus KAMMI 2019-2024 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (19/8). Foto: MPR

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa visi Indonesia Emas pada 2045 atau tepat seabad kemerdekaan RI  tidak boleh menjadi pepesan kosong belaka. Menurutnya, seluruh elemen bangsa harus ikut mewujudkan visi itu.

Bamsoet -panggilan kondangnya- mengatakan, masih ada 25 tahun lagi untuk mempersiapkan pencapaian visi Indonesia Emas 2045 yang didukung empat pilar utama. Keempat pilar itu adalah pembangunan SDM dan penguasaan iptek, perkembangan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

"Bappenas memprediksi periode tahun 2030-2040 Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun mencapai 64 persen atau sekitar 190 juta dari total penduduk yang diproyeksikan mencapai 297 juta jiwa," ujarnya saat menerima pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) periode 2019-2021 di ruang kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Rabu (19/8).

Pengurus KAMMI 2019-2021 yang hadir antara lain ketua umumnya Susanto Triyogo didampingi Deni Setiadi (wakil ketua bidang internal), Jimmy Julian (wakil ketua bidang eksternal), Abdul Salam ( ketua bidang kebijakan publik), Ali Hasibuan (ketua bidang humas), serta Rizal Muharam (ketua bidang pembinaan kader).

Dalam kesempatan itu pula Bamsoet menegaskan, pendidikan menjadi kunci utama agar bonus demografi tersebut menjadi berkah. "Bukan malah menjadi musibah dalam menggapai visi Indonesia Emas 2045," tuturnya.

Mantan Ketua DPR RI ini juga menyoroti temuan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP) pada tahun 2011 yang mengungkapkan 50 persen pelajar setuju tindakan radikalisme, sementara 25 persen siswa menyatakan Pancasila tidak relevan lagi.

Adapun pada 2017, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei yang mengungkap adanya 9,2 persen responden setuju NKRI diganti negara khilafah. Pada tahun 2019, Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan hampir seribu penduduk telah terpapar radikalisme, dengan kaum muda berusia 17-24 tahun berada di garis terdepan.

"Jika dibiarkan, kekuatan SDM yang menjadi modal utama mencapai visi Indonesia Emas 2045, malah akan hancur berantakan. Bukannya sukses dalam berbagai bidang, di tahun 2045 nanti kita malah masih akan disibukan dengan konflik sosial mengatasnamakan agama," katanya.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa visi Indonesia Emas pada 2045 atau tepat seabad kemerdekaan RI tidak boleh menjadi pepesan kosong belaka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close