Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Terowongan Kembar

Oleh: Dahlan Iskan

Selasa, 01 Agustus 2023 – 07:07 WIB
Terowongan Kembar - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya menengok ke belakang. Matanya sembab. Berlinang-linang. Saya ikut bersedih. Mata saya ikut basah. Kang Dadan bertambah basahnya. Sampai sesenggukan.

Saat itu lirik lagunya berbunyi Sumgkanmiang paturai kudu pa panggang. Berat untuk pergi jauh. Meski pun itu demi ibu Pertiwi.

Saya biarkan lagunya sampai selesai. Biar dada Kang Dadan lega. Orang Sumedang memang harus merantau. Terutama ke Jakarta. Lebih terutama lagi ketika orang Sumedang bisa jadi gubernur DKI Jakarta yang hebat: Ali Sadikin.

Begitu banyak orang Sumedang merantau ke Jakarta sampai ada bus khusus jurusan Sumedang-Jakarta. Sangat legendaris. Nama busnya Medal Sekarwangi. Sampai kini.

Soal mengapa orang Sumedang harus merantau, itu karena Sumedang Ngarangrangan. Tidak banyak yang bisa diandalkan dari bumi Sumedang –selain manusianya. Sampai Sumedang digambarkan sebagai Sumedang Ngarangrangan. Ibarat pohon daunnya meranggas.

Tidak lagi sekarang, mestinya. Apalagi sudah ada jalan tol yang melintasi Sumedang. Tidak lagi terisolasi.

Meski perusahaan bus Medal Sekarwangi berkembang pesat, tetap saja tidak ada MS jurusan Sumedang-Cirebon. Seperti dulu tidak adanya Jalan Siliwangi di Surabaya. Juga seperti tidak adanya Jalan Gadjah Mada di Bandung.

Sumedang kehilangan tiga daerah akibat kalah perang di masa nan lalu. Tiga wilayah itu jatuh ke kerajaan Cirebon: Cikedung (Al-Zaytun berada di sini), Majalengka, dan Kadipaten. Saya tidak banyak tahu sejarah di era itu di daerah itu.

AKHIRNYA saya lewat jalan tol baru di Jawa Barat ini: Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan). Dari Cileunyi ke Kertajati. Lewat sebelah gunung Tampomas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close