Tiga Baru
Sudah sering dibuktikan Megawati. Seperti itu. Bagaimana bisa. Kalau bukan Megawati.
Di provinsi kandang banteng seperti Jatim, PDI Perjuangan memilih orang NU. Sebagai calon gubernur. Bahkan sekalian dengan wakil gubernurnya: Saifullah Yusuf-Azwar Anas. Meski sayangnya kalah lawan Khofifah-Emil Dardak.
PDI Perjuangan juga sudah biasa mencalonkan suku Tionghoa sebagai kepala daerah. Wakil Gubernur Kalbar. Wali kota Singkawang. Gubernur Jakarta.
Toh, track record BTP sudah sangat jelas. Tegas. Bersih. Tulus. Nasionalis. Cepat ambil putusan. Terbuka. Ceplas-ceplos. Sampai keceplosan Al Maidah 51.
Pun BTP piawai dalam bicara: orang tidak bosan mendengar yang lagi ia omongkan. Tanpa teks sekalipun.
Yang ada di pikirannya sama dengan yang diucapkannya. Beda dengan kebanyakan pejabat: senjang antara yang dipikirkan dan diucapkan.
Reputasi BTP hanya rusak sedikit. Sedikit sekali. Saat namanya masih yang tidak akan saya sebut lagi itu. Oleh keceplosannya itu.
Rusaknya hanya di kalangan tertentu. Di kalangan lain justru memujinya. Membelanya. Dianggap martirnya. Pahlawannya.