Tiga Jari
Oleh Dhimam Abror DjuraidBelakangan Jokowi menyerahkan bas gitar itu kepada KPK bersama barang-barang hadiah lain yang dianggap sebagai gratifikasi.
Jokowi, mungkin, tidak baca teori-teori sosiologi Emile Durkheim mengenai solidaritas kelompok. Namun, Jokowi terbukti sangat memahami sosiologi kelompok dan paling piawai dalam mengeksploitasi solidaritas kelompok dibanding politisi mana pun.
Dalam pandangan Durkheim, solidaritas menjadi kebutuhan setiap masyarakat atau kelompok sosial. Masyarakat akan tetap ada jika dalam kelompok sosial memiliki rasa solidaritas di antara anggota-anggotanya, suatu hubungan antara individu dan kelompok yang berdasar pada moral dan kepercayaan yang dianut bersama, serta pengalaman emosional bersama.
Solidaritas yang dipegang, yaitu kesatuan, persahabatan, rasa saling percaya, muncul akibat tanggung jawab bersama, dan kepentingan bersama di antara para anggotanya.
Menurut Durkheim, solidaritas adalah perasaaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya, mereka akan membentuk persahabatan, saling menghormati, terdorong untuk bertanggung jawab, dan memperhatikan kepentingan bersama.
Tanpa membaca Durkheim pun Jokowi jago dalam menggalang solidaritas. Oleh karena itu, wajar kalau lawan-lawan politiknya khawatir Jokowi akan bablas tiga periode, seperti yang diributkan belakangan ini. Berdirinya Sekretaris Nasional Jok-Pro membuat kekhawatiran itu makin besar.
Penambahan extra time periode ketiga bukan hal yang mustahil, karena dalam politik tidak ada hal yang mustahil. Komposisi di DPR yang sekarang didominasi koalisi pendukung pemerintah, dan oposisi yang masih sporadis membuat amendemen konstitusi lolos dengan mudah.
Wajar kalau warganet ribut dan tagar #tangkapqodari menjadi trending topic. Qodari adalah pengusaha survei pendiri Indobarometer. Dia dianggap sebagai biang kerok gagasan Jokowi tiga periode dan memasangkannya dengan Prabowo Subianto.