Tiga Jenis Banjir Mengancam Ibu Kota
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, penanganan masalah banjir di Jakarta memerlukan dua jenis solusi. Penerapan dua solusi itu dengan memperhatikan sumber utama masalah banjir di ibu kota.
Menurut Anies, salah satu pemicu banjir di Jakarta selama ini adalah limpahan air dari kawasan Bogor. Agar limpahan air kiriman dari Bogor tidak memicu banjir, menurut Anies, perlu dibangun banyak kolam atau waduk. Saat ini, kata dia, solusi ini sedang diupayakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC).
Selain itu, kata dia, banjir di ibu kota juga kerap terjadi karena air hujan yang mengalir dari atap gedung atau rumah tidak terserap ke tanah.
"Grand desainnya ini sederhana, (yang dari atap gedung atau rumah) masukan ke dalam tanah karena air itu memang seharusnya masuk ke dalam bumi, dan membuat tinggi permukaan air tanah kita bisa terbantu, kandungan airnya menjadi ada," kata Anies.
Untuk penanganan banjir jenis kedua ini, Anies mengatakan DKI Jakarta membutuhkan 1,8 juta drainase vertikal."Yang di Jakarta, yang mau kita lakukan adalah dengan membangun sumur-sumur, vertical drainage (secara) masif," kata Anies.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengaku sudah mengecek satu per satu kondisi rumah pompa. Diantaranya lima rumah pompa yang dipasang di Jalan Inspeksi Ciliwung Kampung Pulo, Jakarta Timur.
Teguh mengatakan, kondisi rumah pompa dan pompa stationer-nya masih sangat baik. Dipastikan seluruhnya dapat berfungsi normal saat musim penghujan tiba. Di lima rumah pompa ini, terdapat tujuh pompa stationer, yang masing-masing memiliki kapasitas 75 sampai dengan 100 liter per detik.
"Kita juga akan siapkan tiga unit pompa mobile masing-masing berkapasitas 250 liter per detik. Ini untuk back up jika tujuh pompa tak mencukupi," kata Teguh.