Tiga Teroris Kabur Diyakini Kembali Lancarkan Aksi
jpnn.com - JAKARTA – Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo menilai peristiwa larinya tiga tahanan terorisme dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Gunung Sitoli, Sumatera Utara, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi keberlangsungan gerakan radikalisme di Indonesia. Terutama pascamencuatnya gerakan mendukung Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia, dan munculnya gerakan mendukung Negara Islam Indonesia (NII) yang baru.
“Mereka (tahanan yang melarikan diri), pasti akan melakukan perampokan lagi. Karena komandannya terbukti melakukan berbagai perampokan baik itu di Bank CIMB Medan maupun sejumlah perampokan lainnya di wilayah di Jabodetabek. Kelompok ini spesial melakukan perekrutan untuk melancarkan aksi-aksinya. Karena itu pasti akan merampok lagi,” ujarnya menjawab tanya JPNN di Jakarta, Senin (4/8).
Menurut hipnoterapis yang pernah dilibatkan kepolisian menginterview ratusan pelaku terorisme ini, para tahanan akan kembali melancarkan aksinya, karena diduga kuat bergabung mendukung gerakan-gerakan pro-ISIS yang kemudian memfusikan diri bagi terbentuknya Negara Islam Indonesia (NII) yang baru di Tanah Air.
“Pergerakan (ISIS) itu didukung berbagai kelompok. Termasuk kelompok yang dulu melakukan perampokan Bank CIMB di Sumatera Utara. Nah gerakan-gerakan tersebut dulunya kan terpisah-pisah. Kini memfusikan diri membentuk Negara Islam Indonesia (NII),” katanya.
Dugaan tersebut cukup kuat didasari sejumlah fakta. Antara lain, pimpinan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Abu Bakar Ba'asyir, yang juga merupakan terpidana terorisme, disebut-sebut telah membaiat (mengucapkan sumpah setia) terhadap ISIS, bersama 23 terpidana terorisme lainnya yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusa Kambangan.
“Jadi sangat besar kemungkinannya dengan langkah Baasyir mendukung ISIS, membuat orang-orang ini (termasuk tahanan yang melarikan diri dari Lapas Gunung Sitoli), ikut bergabung. Jalur Imamahnya kan jelas, bahwa mereka ingin membentuk NII. Tapi ini bukan gerakan NII yang diusung Kartosuwiryo dulu itu. Ini gerakan yang baru,” katanya.
Karena itu menghadapi kondisi yang ada, kata Mardigu, pemerintah lewat Kementerian Informasi dan Komunikasi yang dipimpin Tifatul Sembiring, harus segera memblokir laman-laman yang berbau ISIS dan laman propaganda lainnya. Langkah ini perlu segera dilakukan, karena pertukaran informasi para jaringan-jaringan kelompok garis keras saat ini banyak dilakukan melalui media-media sosial.
“Blokir situs berbagai ISIS. Saya kira kalau memang mau, itu dapat dilakukan dengan mudah. Seperti memblokir situs-situs porno. Ini cara penting untuk memblokir arus informasi, sehingga mereka tidak memiliki akses berkomunikasi,” katanya.