Tinggalkan Perusahaan Beken, Kini jadi Bos di Penjara
Sayang, di bengkel sebesar itu, hanya ada lima orang yang bekerja. Mereka terlihat sedang mengerjakan pesanan teralis dan pintu besi.
’’Sisanya malah nongkrong. Padahal, nongkrong itu kan risiko mereka berantemnya lebih besar. Karena enggak ada kerjaan. Sementara kalau mereka kerja di bengkel, bisa lebih fokus dan dapat keterampilan baru,’’ kata Denok.
Sambil memikirkan keterampilan yang kira-kira bisa diberikan kepada para napi, Denok mengajari mereka membuat pupuk kompos dari sisa makanan mereka.
Kompos yang diberi nama Biorutani itu pun akhirnya menjadi produk unggulan rutan tersebut.
Setelah berhasil membuat kompos, Denok mulai mengajari membuat kerajinan tangan lainnya dari sampah anorganik.
Saat ini ada 60–80 napi laki-laki dan perempuan yang aktif membuat kerajinan. Para napi membuat berbagai macam kerajinan, mulai keranjang buah berbahan kertas koran sampai miniatur kapal-kapalan dari bambu, dan masih banyak lagi macam ragamnya.
Hasil kerajinan itu lalu dipajang di galeri yang dulunya menjadi garasi Karutan. Setiap hasil kerajinan ditata dengan rapi sehingga bisa menarik minat orang untuk membeli.
Selain membuat barang ready stock, para napi kerap mendapat order dari Denok untuk mengerjakan pesanan.