Tiongkok Diduga Memanipulasi Angka Kematian Akibat Corona, Nih Indikasinya
Tokoh pembangkang Tiongkok Jennifer Zeng mengaku menerima informasi dari banyak sumber di negerinya bahwa sedianya 15 rumah sakit akan dibangun di Wuhan untuk mengatasi jumlah korban COVID-19. “Namun setelah kunjungan Presiden Xi, para pejabat tiba-tiba mengumumkan bahwa pasien rumah harus segera dipulangkan,” ujarnya.
Zeng pernah menjadi peneliti di Dewan Negara di Beijing. Namun, dia ditahan dan diasingkan karena berhubungan dengan gerakan spirutual Falun Gong yang dilarang di Tiongkok.
Menurut Zeng, para pasien dibebaskan tanpa menjalani diagnosis dan tes yang layak. “Mereka (penguasa Tiongkok, red) ingin kota segeral kembali dibuka untuk aktivitas ekonomi, jadi mereka berpura-pura bahwa virus sudah sepenuhnya terkendali,” katanya.
Lebih lanjut Zeng mengaku telah melihat video setelah lockdown di Wuhan dicabut. “Mayat-mayat dipindahkan pada malam hari, orang-orang ambruk di jalanan dan kami mendengar dari rumah sakit tentang 100 korban dalam seminggu terakhir,” katanya.
Zeng menegaskan, sekarang orang-orang menertawakan angka-angka yang disodorkan Tiongkok. Namun, katanya, otoritas Tiongkok tak punya pilihanselain meneruskan kebohongan karena sudah terlanjur.
“Partai Komunis Tiongkok berbohong tentang jumlah sejak awal karena itu ada dalam DNA mereka,” katanya.
Merujuk bocoran laporan Central Intelligence Agency (CIA), para pejabat di lembaga telik sandi AS itu telah memberitahukan Gedung Putih bahwa Tiongkok sangat mengecilkan kasus dan kematian akibat COVID-19. Rezim komunis penguasa Tiongkok diyakini sudah biasa memanipulasi data, termasuk menyulap angka gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) demi memamerkan pertumbuhan ekonomi yang positif.(mail/ara/jpnn)