Transisi Energi Hijau Ramah Lingkungan, FKS Group Pasang Sistem Panel Surya
jpnn.com, MOJOKERTO - Penggunaan sistem panel surya untuk menghasilkan energi listrik kini makin diminati sebagai salah satu alternatif untuk transisi energi hijau di Indonesia. Transisi energi hijau ini sangat ramah lingkungan, hemat penggunaan listrik, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Oleh karena itu, FKS group, perusahaan yang bergerak di bidang food and agri turut menjalankan alternatif transisi hijau tersebut. FKS Group merencanakan instalasi panel surya dengan total kapasitas 10 megawatt hingga 2025.
Langkah bijak FKS group ini sejalan dengan komitmen nasional terhadap mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan. Hal ini tidak hanya menegaskan posisi FKS Group sebagai pelopor dalam adopsi energi bersih, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata dalam memperkuat infrastruktur energi berkelanjutan di Indonesia.
"Komitmen kami terhadap keberlanjutan adalah inti dari operasi kami. Dengan mengintegrasikan tenaga surya ke dalam campuran energi kami, kami tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menetapkan standar bagi industri untuk diwujudkan. Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam perjalanan kami menuju pencapaian netral karbon," ujar Po Indarto Gondo, Chief Executive Officer, PT. Padi Flour Nusantara (PFN), dalam acara peresmian operasional pembangkit listrik panel surya di Padi Flour Nusantara, Mojokerto, Jawa Timur. Dalam kegiatan ini juga diadakan media trip dengan sejumlah jurnalis untuk melihat langsung proses produksi PFN yang memproduksi tepung beras dan tepung ketan bermerek Bola Deli.
Pada akhir 2022, dalam fase pertama, FKS Group telah berhasil menginstal 2,4 megawatt panel surya di Pabrik Tepung Terigu - Bungasari Flour Mills, Medan.
Pemasangan ini berhasil menyerap karbon sebanyak 2 juta kg CO2 per tahun dan memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.
Fase kedua dari inisiatif ini akan memasang tambahan 3 Megawatt di tujuh area operasi, di antaranya di Balaraja dan Cilegon – Banten, Gunung Putri – Bogor, Sragen – Jawa Tengah, Surabaya dan Mojokerto – Jawa Timur, dan Makassar.
Fase kedua ini diharapkan dapat mengurangi lebih banyak lagi karbon, dengan pengurangan diperkirakan sebesar 3,4 juta kg CO2 per tahun.