Triharyo Susilo, Alumni ITB Penerima Ganesha Jasa Wiryautama
Setelah menyelesaikan kariernya di PT Rekayasa Industri, Hengki kemudian mengemban amanah sebagai Komisaris PT Pertamina (Persero) dari tahun 2010 sampai 2012. Bersama para insinyur Pertamina, Hengki antara lain ikut memecahkan problem ledakan tabung LPG, mendorong percepatan dimulainya proyek Cepu, mempercepat pembangunan Kilang RFCC di Cilacap, mengupayakan pengolahan semaksimal mungkin minyak mentah Indonesia, untuk diolah pada kilang-kilang Pertamina.
Menurut catatan media online ini, atas upaya-upaya jajaran Pertamina pada tahun 2010-2012, terjadilah surplus devisa ekspor-impor migas yang terus meningkat, di 2009, 2010 dan 2011. Sehingga devisa Indonesia relatif kuat dan nilai tukar Rupiah stabil, pada kisaran Rp 8.000. Namun sesudah tahun-tahun tersebut, ekspor-impor migas mengalami defisit yang semakin melebar dan nilai tukar Rupiah jatuh.
Saat ini Hengki sedang mendalami dan terus berupaya untuk mengembangkan energi panas bumi, selaku CEO sebuah perusahaan energi panas bumi terkemuka, yang memiliki wilayah kerja di Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. (rl/jpnn)