Triwulan Kedua, Perekonomian Kepri Semakin Membaik
Tingkat permintaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah memang sangat tinggi. Selain itu dengan tingkat LTV yang semakin murah mendorong terciptanya industri rumah tangga.
Ada sedikit kekhawatiran mengenai kredit macet yang akan terjadi jika LTV diturunkan. Perbankan harus melakukan penyesuaian persyaratan Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) secara total untuk penggunaan rasio LTV untuk KP dan rasio LTV untuk PP dari gross menjadi net, dengan rincian rasio Kredit bermasalah dari total Kredit atau rasio Pembiayaan bermasalah dari total Pembiayaan secara bersih (net) kurang dari 5 persen dan rasio KP bermasalah dari total KP atau rasio PP bermasalah dari total PP secara bruto (gross) kurang dari 5 persen.
"Tingkat kredit macet masih 2,11 persen masih jauh dari batas maksimal yakni 5 persen," ujar Gusti.
BI juga berjanji untuk terus memantau perkembangan tingkat kredit macet untuk menjamin stabilitas moneter pascakebijakan ini dikeluarkan.
Kebijakan penurunan uang muka untuk KPR juga disambut positif oleh kalangan pengusaha properti di Batam. Mereka berharap masyarakat Batam semakin mudah memeroleh rumah idamannya.
"Kita sambut positif, karena dapat membantu masyarakat untuk dapat rumah dengan down payment (DP) yang lebih murah. Karena sebelum kebijakan ini turun, cukup berat untuk mereka beli rumah," ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Batam, Djaja Roeslim, Jumat (2/9).
Kebijakan penurunan LTV ini merupakan langkah bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Batam agar bisa melewati masa ekonomi yang tengah lesu ini. "Yang pasti penjualan semester pertama tidak bagus, semester kedua mulai membaik, dan kami berharap agar terus membaik kedepannya," harap Djaja.
Djaja menyebutkan sepanjang tahun 2016 ini sedikitnya ada 10 ribu unit properti yang akan dibangun di Batam. Terdiri dari rumah sederhana hingga mewah, ruko, dan apartemen dan kebijakan ini akan mendorong market properti terus tumbuh.