TS3 BP20
Oleh Dahlan IskanPutri Zam dan Carlos, anak Gualadajara itu, sama-sama ingin belajar bahasa Mandarin. Mereka sama-sama kuliah di Shanghai. Pacaran. Kawin. Percakapan mereka dalam bahasa Mandarin menghasilkan anak tiga.
Tiap hari Iswadi menulis panjang. Tentang perkiraan pertandingan hari itu. Atau hasil analisisnya untuk pertandingan tadi malam.
Zainal menulis tentang peristiwa dan hasil wawancara.
Waktu itu internet belum seperti sekarang. Kami juga belum mampu membeli laptop --yang harganya 10 kali lipat sekarang.
Iswadi harus menulis naskah dengan tangan. Lalu dikirim lewat faksimil.
Kenapa tidak pakai mesin ketik di media center?
“Antrenya panjang. Ide keburu hilang," jawabnya saat itu.
Ada alasan lain: tulisannya itu ditunggu deadline. Koran tidak berani terbit tanpa tulisan Iswadi. Penggemarnya terlalu banyak.