Tuhan Uang
Oleh: Dahlan IskanMaka sebentar lagi yang bertugas mencetak spesialis bukan lagi fakultas kedokteran. Tugas itu beralih ke rumah sakit.
Yang meluluskan spesialis bukan lagi fakultas kedokteran, tetapi rumah sakit. Bukan Kementerian Pendidikan, tetapi Kementerian Kesehatan.
"Yang merasakan perlunya spesialis adalah rumah sakit. Toh kuliah mereka juga di rumah sakit," katanya.
Maka, kalau yang mencetak spesialis nanti bukan lagi universitas, mereka tidak perlu lagi membayar uang kuliah. "Dan lagi, jumlah rumah sakit jauh lebih banyak daripada fakultas kedokteran," ujar Budi Sadikin.
Kalau ''university base'' benar-benar berganti menjadi ''hospital base’’, ini sebuah transformasi yang besar di dunia kedokteran dan kesehatan.
Menkes pun blak-blakan mengungkapkan: mengapa perguruan tinggi sebesar Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak punya program spesialis paru.
"Itu hanya karena prodi penyakit dalam tidak rela ada program spesialis paru," katanya. "Ini sangat tidak masuk akal. Tidak ilmiah sama sekali," tambahnya.
Hal serupa terjadi di Universitas Sriwijaya, Palembang. Di sana tidak bisa membuka spesialis jantung.