Tulus, Nidji dan NOAH 'Goyang' Melbourne di Konser Soundsekerta 2015
Sedangkan Dani, yang sudah menempuh 2 semester di Melbourne University memuji kerja keras PPIA Monash "Sangat bagus, mereka mayoritas mengedepankan budaya Indonesia, meski di Australia masih ingat budaya Indionesia, Ariel Tulus dan Noah. Mereka sangat keren banget, sponsornya juga banyak hingga sukses," tuturnya.
Sementara Herman, seorang WNI yang tinggal di Australia yang datang bersama temannya, seorang perempuan Australia, Kathleen mengaku konser ini bisa menghapus dahaga pada band favoritnya, Nidji.
"Bagus sekali, saya baru pertama kali hadir di acara seperti ini, karena nggak ada waktu, ini baru ada waktu. Ini bagus sekali menghadirkan kerinduan pada band-band seperti Nidji, pasti mengobati kerinduan. Saya Giring Nidji favoritnya," tutur Herman.
Sedangkan Kathleen tidak memfavoritkan ketiga musisi tersebut, namun suka musik Indonesia, "Saya suka Superman is Dead".
Di belakang gelaran Soundsekerta 2015, ada PPIA Monash. Mereka sudah menggelar konser yang mendatangkan musisi Indonesia untuk kesembilan kali pada tahun ini.
"Tujuan acara ini adalah membawa musisi-musisi Indonesia ke panggung dunia. Seperti contohnya membawa 3 artis besar, Noah, Nidji,Tulus untuk tampil di jantung Kota Melbourne, di Melbourne Town Hall yang kapasitasnya 2.000 orang," tutur Ketua PPIA Monash periode 2014-2015, Stacey Hutapea,
Stacey yang sedang menjalani studi Master of Business di Monash University ini mengaku persiapan menggelar konser berlangsung setahun, mulai dari deal dengan musisi, mencari sponsor hingga marketing. Dengan panitia sebanyak 60 orang, Stacey sukses mengomandani acara yang bertiket masuk AUS$ 30-35 ini.
"Tiap event pasti ada halangannya, team work oke banget, kita do everything together. Kita fokus aja, kalau kuliah fokus kuliah, kalau ke event fokus ke eventnya," jawab Stacey tegas.