Tuntutan Agar Harga BBM Turun Lebih Kental Diwarnai Argumentasi Politis
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, isu soal harga BBM (bahan bakar minyak) di dalam negeri tak kunjung turun, lebih kental diwarnai argumentasi politis.
Mestinya, menurut pria yang pernah menjadi staf ahli di SKK Migas periode 2013-2014 ini, isu terkait harga BBM seharusnya lebih kental diwarnai argumentasi ekonomis.
"Saya kira drama tuntutan turunnya harga BBM lebih diwarnai dengan argumen politik ketimbang ekonomis," ujar Ari kepada jpnn.com, Selasa (12/5).
Dosen di Universitas Indonesia ini menyimpulkan hal tersebut, karena merasa kritikan yang diarahkan pada pemerintah terkesan tidak disertai alasan berdasarkan argumentasi ekonomis.
"Berdasar pengalaman saya yang penah menjadi Staf Ahli di SKK Migas, harga minyak yang ada di Pertamina sekarang ini kan berasal dari impor sekitar tiga bulan yang lalu," ucapnya.
Artinya, kata pembimbing program doktora di Universitas Padjajaran ini, secara logika harga BBM saat ini tidak bisa turun begitu saja. Meski harga minyak mentah di dunia turun.
"Hal pertama yang perlu diketahui masyarakat, regulasi kenaikan atau penurunan harga BBM sudah ada. Itu ditentukan dalam periode waktu tertentu. Harga minyak tidak bisa dipatok tetap, tetapi fluktuatif," katanya.
Ari kemudian mengajak masyarakat memberi kepercayaan pada Pertamina atau pemerintah, untuk menentukan kewajaran harga BBM.