Uang Suara
Oleh: Dahlan IskanSetelah saya lihat fotonya, ternyata itu mesin cetak offset biasa, bahkan bukan mesin yang mahal. Di dunia percetakan itu tergolong mesin murahan. Mereknya pun tidak terkenal sama sekali: GM. Serinya 25711NP-2S.
Itu juga bukan mesin yang lengkap. Kalau saya lihat fotonya, mesin itu hanya bisa untuk mencetak dua warna. Tidak cocok untuk mencetak uang.
Berarti, kalau untuk mencetak empat warna, harus "naik mesin" dua kali. Cetak dulu dua warna. Lalu mesinnya dicuci. Bak tinta dua warna dibersihkan. Diisi dua warna lainnya.
Padahal, mesin empat warna pun belum cocok untuk mencetak uang -apalagi dua warna.
Berarti penggunaan mesin dua warna ini sungguh amatiran. Seandainya dia terpilih jadi bupati pun rasanya juga akan jadi bupati yang amatiran.
Untuk mencetak uang, mesin yang harus digunakan tidak hanya empat warna. Harus enam warna.
Tidak banyak perusahaan yang punya mesin cetak enam warna. Harus kelas Peruri (percetakan uang negara), atau perusahaan sekelas Gudang Garam dan Djarum. Harga mesinnya di atas Rp 100 miliar.
Maka dengan mesin seharga Rp 600 juta, pastilah hasil cetakan uang di UIN itu sangat mudah diketahui palsunya.