Ukraina Serukan Misi Perdamaian lewat Budaya di Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Perdamaian antara Ukraina dengan Rusia hingga kini masih diusahakan berbagai pihak. Salah satunya melalui upaya menggalang dukungan ke berbagai negara melalui misi budaya termasuk di Indonesia.
Hal ini terlihat dalam kegiatan diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk "Updates on the Ukrainian 10-Point Peace Plan and Ukraine's Engagement with the Global South."
Kegiatan ini diharapkan menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk mengetahui perkembangan terbaru seputar Rencana Perdamaian 10-Poin Ukraina dan hubungannya yang semakin erat dengan Global Selatan.
“Invasi ini tidak boleh dialami oleh siapa pun,” kata Kepala Departemen Hubungan Internasional dan Direktur Sekolah Analisis Kebijakan, Universitas Nasional Kiev-Mohyla Maksym Yakovlyev pada Diskusi Publik FPCI baru-baru ini.
Dampak dari perang ini sangat dirasakan oleh masyarakat Ukraina, apalagi makin banyak hoaks yang berkembang di masyarakat, salah satunya Indonesia. Misalnya, banyak media yang mengatakan Ukraina didukung barat.
"Faktanya kami fokus pada membela negara kami. Banyak orang yang memutuskan untuk menjadi sukarelawan di militer Ukraina, komunitas kemanusiaan, dan lain sebagainya," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Crimea Platform di Misi Presiden Ukraina di Republik Otonom Crimea,Maria Tomak mengatakan, sejak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengumumkan formula perdamaian kepada para pemimpin negara-negara Group of Seven (G7) pada 11 Oktober 2022, yang kemudian dikenal sebagai Rencana Perdamaian 10-Poin, Ukraina selalu berupaya mendapatkan dukungan internasional.
"Perang ini tidak boleh terjadi di negara mana pun di dunia," imbuhnya.