Ulama Perth Sebut Sampul Edisi Terbaru ‘Charlie Hebdo’ Ofensif
Seorang ulama asal Perth mengutarakan, penggambaran Nabi Muhammad dalam edisi terbaru mingguan satir Perancis ‘Charlie Hebdo’ sudah kelewat batas dan ofensif.
Imam Yahya Ibrahim, asisten kepala kampus ‘Perth Islamic College’, melontarkan komentar ini seiring dengan diterbitkannya edisi pertama majalah ini setelah penembakan maut yang terjadi pekan lalu, di kantor mereka.
Dua belas orang, termasuk salah satu pendiri ‘Charlie Hebdo’ dan kartunis Jean Cabut serta pemimpin redaksi Stephane Charbonnier, ditembak mati saat mereka mengadakan rapat redaksi.
Halaman depan koran satir tersebut yang terbit minggu ini digambar oleh kartunis Renald Luzier, yang dikenal sebagai Luz.
Dalam karikatur itu, Nabi Muhammad digambarkan dengan air mata di pelupuk matanya dan memegang tanda yang bertulis ‘Je Suis Charlie’ di atas spanduk yang berbunyi "Semua dimaafkan."
Salah satu wartawan Charlie Hebdo yang masih hidup, yaitu Zineb El Rhazoui, mengatakan, halaman depan tersebut mengacu pada perlunya tim Charlie Hebdo untuk "mengampuni dua penembak yang membunuh rekan-rekan mereka".
Imam Ibrahim mengatakan, ia bisa melihat kesedihan di karikatur itu dan mengakui bahwa gambar itu dibuat sedemikian rupa untuk tak terlalu menyinggung.