Ulama Wanita
Ayahanda Prof Amany, Prof Burhanuddin Lubis, memang kuliah di Mesir. Lalu kecantol wanita di sana. Agak banyak yang seperti itu –waktu itu. Termasuk Harun Nasution –kelak di tahun 1980-an juga menjadi profesor, doktor, dan rektor UIN.
Nabilah sendiri, di Indonesia, akhirnya juga menjadi profesor dan doktor. Juga pernah menjabat Wakil Rektor Institut Ilmu Al Quran Jakarta. Di samping, tentu, menjadi guru besar di UIN Jakarta.
Kalau Prof Huzaemah rektor wanita pertama di IIQ, Prof Nabilah adalah wakil rektor pertama IIQ.
Bekalangan memang banyak wanita menjadi pimpinan perguruan tinggi Islam. Di IAIN Lampung, Bukittinggi, Kendari, Majene, Ponorogo, rektornya perempuan.
Prof Amany sendiri punya jaringan internasional yang kuat. Kemampuannya berbahasa Arab, Inggris, dan Prancis membuat dia sering keliling dunia.
Saya sempat melihat YouTube ketika Prof Amany berpidato di depan raja Maroko. Ada lambang merah putih di bagian dadanya.
Prof Amany memutuskan agar Prof Huzaemah dimakamkan di pemakaman khusus di kampus UIN. Dari RSUD Banten, jenazah dibawa ke kampus IIQ dulu di Sawangan, Depok. Lalu dibawa ke permakaman.
Sudah banyak guru besar UIN dimakamkan di situ: Prof Thoha Umar, Prof Sadali, Prof Harun Nasution...
Bagaimana Prof Huzaemah sampai meninggal di RSUD Banten yang begitu jauh?