Ular Piton Berkeliaran di Kampung-kampung, Ngeri!
"Kalau di hutan seperti Warangga, wajar banyak ular karena habitatnya. Tapi kalau sudah sampai menelan manusia, itu luar biasa. Berarti ada yang salah dengan habitatnya," ungkap Awal, Jumat (22/6).
Kepala Bidang Lingkungan Hidup Muna, La Sahusu menduga, fenomena kemunculan piton diakibatkan ketidakseimbangan ekosistem alam di Muna. "Jelas karena kerusakkan lingkungan, meskipun itu bukan faktor tunggal. Ada ketidakseimbangan alam akibat ulah manusia sendiri," jelasnya, kemarin.
Penjelasan La Sahusu lebih detail dikemukkan oleh Unding, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah VI Muna. Ia mengatakan, ular piton sebenarnya bukan hal baru di Muna. Hanya saja, dia mengakui yang terjadi sepekan terakhir merupakan kejadian luar biasa, terlebih sampai merenggut nyawa.
"Kalau kami sering ketemu ular, tapi di hutan. Ada beberapa di pemukiman tapi sifatnya periodik. Beda dengan sekarang, seperti keluar sekaligus," katanya saat dihubungi, Jumat (22/6).
Unding menjelaskan, wilayah Muna memang merupakan habitat ular piton. Wilayah Muna yang terdiri dari bebatuan karst menjadi surga bagi piton. Peta sebaran ular piton sendiri, kata Unding paling banyak terdapat di kawasan hutan Lambiku, Napabalano, kawasan pekebunan di Lohia, kawasan kampung lama di Tongkuno serta di kawasan hutan di Lawa.
"Kalau pemetaan ular itu banyak di kawasan belakang Desa Mantobua hingga Kontunaga, terus di kampung lama dan di Napabalano. Termasuk di hutan warangga. Habitat aslinya di tempat itu," terangnya.
Lebih jauh Unding menjelaskan, dalam kondisi normal ular tidak akan keluar dari habitatnya. Kemunculan di pemukiman warga menandakan ular saat ini krisis rantai makanan. Ada beberapa faktor penyebab, diantaranya perburuan babi hutan yang marak terjadi.
BACA JUGA: Sejumlah Desa Disatroni Ular Piton, Kapolres Temukan Sarang