Umat Kristiani di Indonesia Punya Sejumlah Harapan yang Ingin Disampaikan Kepada Sri Paus
Sejak berdiri pada tahun 1995, jemaat POUK Tesalonika tidak punya tempat ibadah tetap dan selalu berpindah-pindah.
"Kami enggak tahu harus minta tolong ke siapa untuk saat ini ... dan Paus kan tokoh berpengaruh di dunia yang didengar."
"Mungkin kalau Paus melihat kondisi kami, kami akan diperhatikan."
Pendeta jemaat POUK Tesalonika, Michael Siahaan, juga menyimpan keinginan yang sama, meski ia sadar Paus adalah pemimpin gereja Katolik, sementara jemaatnya adalah pemeluk Protestan yang berada di bawah naungan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).
"Tiga puluh tahun kami berada di komplek itu, tapi kami tidak bisa beribadah dengan tenang ... kami mau Paus sampaikanlah kerinduan hati kami, kami cuma ingin dekat kepada Tuhan untuk kesalehan hidup kami, tapi itu pun dilarang ... kami ingin punya tempat ibadah yang permanen, itu yang ingin saya sampaikan pada Paus."
"Kami juga membutuhkan tindakan lebih lanjut dari PGI untuk mau mendampingi kami karena kami sepertinya sendirian."
'Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa'
'Faith, Fraternity, and Compassion' atau Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa adalah tema kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
"Iman itu keyakinan akan Tuhan yang senantiasa menyertai, dan iman itu menghasilkan persaudaraan, dan persaudaraan itu akhirnya menghasilkan semangat bela rasa, kolaborasi, dan solidaritas dengan mereka yang menderita," ujar juru bicara Panitia Kunjungan Paus ke Indonesia, Romo Thomas Ulun Ismaya.