Umat Kristiani di Indonesia Punya Sejumlah Harapan yang Ingin Disampaikan Kepada Sri Paus
Gaby pertama kali mengalami persekusi saat masih di sekolah Minggu, pada tahun 2008. Usianya saat itu masih sembilan tahun.
Ia tidak pernah menyangka enam belas tahun kemudian akan kembali mengalami persekusi, tepat sehari sebelum hari raya Paskah pada bulan Maret lalu.
Gaby mengatakan saat itu ia bersama delapan orang pemuda jemaat POUK sedang mempersiapkan ibadah paskah di dalam gedung yayasan yang baru.
"Hanya ada satu gitar, tidak ada pengeras suara, kami hanya berdoa dan latihan bernyanyi di dalam gedung," kata Gaby.
Tiba-tiba menurut Gaby, masuklah seorang majelis gereja POUK bersama dengan sekitar sepuluh orang lainnya ke dalam gedung sambil merekam.
"Mereka kemudian bilang, tidak boleh ada kegiatan apa pun di tempat ini ... dan di luar gedung ternyata sudah ada lebih banyak orang lagi, sekitar tiga puluh orang."
"Aku takut banget, karena di sekeliling aku teriak 'bakar! hancurin aja!' ... aku jadi takut beribadah di hari Minggu, sangking traumanya kami akan dipersekusi lagi," tutur Gaby dengan suara bergetar.
Warga dan perwakilan tokoh agama Islam juga menolak perayaan Natal 2023 jemaat POUK Tesalonika di gedung yayasan, setelah sebelumnya mereka dilarang mendirikan gereja di lingkungan Tukang Kajang dengan alasan bisa membawa pemurtadan.