Universitas Rakyat dari Hati Rukun Abadi
Oleh Dahlan IskanDayat memang guru. Asli. Tamatan SPG (sekolah pendidikan guru). ”Sampai sekarang saya masih guru SMP. Masih mengajar,” ungkap Dayat.
Kedua, fleksibel. Mahasiswa boleh memilih. Kuliah jam berapa saja boleh. Pilihan jam itu boleh berubah-ubah. Setiap saat. Sesuai dengan waktu kosong mahasiswa. Malam pun bisa. Di sini perkuliahan sampai jam 22.00.
Ini karena ini: banyak mahasiswa sambil mencari uang untuk biaya kuliah dan biaya hidup. Sebanyak 30 persen mahasiswanya kos di kampung Pamulang. Betapa hidupnya kampung ini. ”Saya jualan bakso,” ujar seorang mahasiswa.
Unpam boleh dibilang didirikan oleh hati. Bukan oleh ambisi materi. Awalnya H Darsono melihat begitu banyak tamatan SMP yang tidak bisa masuk SMA. Maka dia dirikan SMEA. Sekolah ekonomi ini maju pesat. Siswanya 5.000 orang. Orang tua siswalah yang menuntut Darsono mendirikan universitas.
”Cita-cita kami punya 200.000 mahasiswa,” kata Dayat. Cius? ”Serius. Serius sekali,” jawabnya. ”Akan terjadi sepuluh tahun lagi.”
Darsono-Dayat adalah contoh guru paripurna. Asli. (*)