Universitas Terkaya di Australia Membayar Pegawainya di Bawah Standar
Perguruan tinggi terkaya di Australia, University of Melbourne, diam-diam telah membayarkan kembali kekurangan gaji kepada sekitar 1.500 tenaga akademik di empat fakultas. Kasus ini dikenal sebagai "pencurian gaji".
- Melbourne University akan mengganti jutaan dolar kekurangan gaji pegawainya
- Para pegawai bestatus kasual mempersoalkan kondisi kerja terkait penggajian yang dianggap tidak adil
- Mereka membayar pegawai untuk memeriksa ujian mahasiswa berdasarkan hitungan waktu
Sebelumnya, terjadi perselisihan terkait langkah universitas yang menjadikan kegiatan tutorial sebagai "kelas praktek", agar bisa membayar para tutor hanya sepertiga dari yang semestinya.
Universitas juga hanya mengalokasikan waktu tiga menit bagi tenaga akademik untuk memeriksa ujian mahasiswa, dengan sistem pembayaran "upah per satuan [berkas ujian]".
Serikat Buruh Perguruan Tinggi (NTEU) menuding tindakan tersebut sebagai kejahatan sistemik, dan ditengarai terjadi juga di dua universitas papan atas lainnya di Australia.
"Apa yang terjadi di Melbourne University hanyalah puncak gunung es," ujar Ketua NTEU Dr Alison Barnes kepada ABC.
"Jika hal itu bisa terjadi di Melbourne University, salah satu lembaga yang paling sejahtera, maka tentunya ini bisa terjadi di universitas mana pun," tambahnya.
Praktek tersebut konon sudah terjadi sejak lebih dari satu dekade, namun para tenaga akademik baru bicara terbuka mengenai hal itu sekarang, karena takut kehilangan pekerjaan mereka.