Unjuk Rasa Itu Biasa
Minggu, 20 Juli 2008 – 08:40 WIB
Kami merasa bangga meninggalkan Semen Gresik. Sebab, pada 2007, Semen Gresik mencatat kinerja terbaik sepanjang sejarah. Pada awal bertugas, saya dan dewan komisaris yang lain langsung meminta direksi PT Semen Gresik memangkas biaya transportasi dan distribusi dari 30 persen menjadi 20 persen saja. Kami juga meminta direksi membentuk task force yang khusus mencari alternatif agar biaya energi bisa dipangkas dari 44 persen menjadi di bawah 30 persen. Ketiga, meningkatkan kapasitas produksi lewat optimalisasi operasional. Sebab, masih ada pabrik-pabrik yang beroperasi kurang dari 300 hari per tahun. Padahal, di luar negeri, industri semen banyak yang beroperasi 330 hari kerja per tahun.
Anda mengatakan pemberhentian ini karena ada intervensi pemerintah. Dari sisi mana Anda melihat adanya intervensi tersebut?
Dari sisi kinerja Semen Gresik, tidak ada alasan untuk mengubah susunan komisaris dan direksi. Jadi, secara profesional, saya tidak layak dicopot dari Semen Gresik. Memang, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil menyatakan, alasan pencopotan saya adalah karena langkah-langkah kami tidak searah dengan etika sebagai komisaris utama. Itu alasan yang sangat naif dan mengada-ada. Bahkan, saya menilai Menteri BUMN telah bermain politik dan tidak profesional. Tidak ada sejumput pun pelanggaran etika yang kami lakukan. Etika komisaris dan direksi adalah meningkatkan kinerja dan profitabilitas BUMN.