Vaksin Nusantara (3)
Oleh Dahlan IskanMaka, ilmuwan seperti Prof Hans tidak punya banyak pilihan: menyerah ke modal besar atau terkubur sebelum lahir.
Menyerah ke modal besar pun belum tentu merupakan jalan keluar yang baik. Bisa jadi penemuan itu harus antre. Untuk dilewatkan kajian-kajian perusahaan lagi. Baik kajian ilmiah maupun kajian bisnis.
Di negara maju pun nasib inventor tidak mesti mulus. Misalnya vaksin dendritic cell ini.
Untuk melakukan uji coba di Amerika mahalnya luar biasa. Semuanya serba-uang besar.
Pengeluaran untuk sukarelawan uji coba saja misalnya. Yang harus sebanyak 30.000 orang itu. Asuransi untuk mereka saja bisa mencapai Rp 6 triliun. Baru asuransinya.
Prof Hans bisa diyakinkan bahwa peraturan darurat Covid di Indonesia sangat menjanjikan. Jumlah sukarelawan uji coba tidak harus sebanyak itu. Cukup 2.680 orang. Seperti yang dilakukan di Bandung terhadap Sinovac itu.
Vaksin Nusantara sudah menjalani uji coba fase I. Di RSUP dr Kariadi Semarang. Yang ditangani oleh ahli-ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Didampingi 8 orang ahli dari Amerika –sejak November tahun lalu.
Sukarelawan fase I itu 28 orang. Diambil dari 126 orang yang sudah terseleksi.