Wabah Virus Corona, Masyarakat Diminta Tak Perlu Lakukan Panic Buying
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan adanya dua korban yang positif terinfeksi virus Corona di Indonesia pada Senin (2/3/2020).
Kedua WNI tersebut disebut positif virus corona setelah sempat melakukan kontak dengan WN Jepang yang datang ke Indonesia.
Hal tersebut membuat Indonesia masuk dalam peta persebaran virus Corona jenis baru atau Covid-19. Adapun WN Jepang itu terdeteksi virus corona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia.
Adanya kasus corona tersebut, membuat Indonesia masuk dalam peta persebaran virus yang juga disebut Covid-19, itu. Masuknya Indonesia dalam peta sebaran covid 19 juga menambah daftar jumlah negara yang terdampak virus corona di dunia.
Per Selasa, (3/3) total 66 negara telah terdampak virus Corona. Hal ini tentu membuat sebagian masyarakat Indonesia menjadi panik.
Fenomena panic buying atau membeli barang dalam jumlah besar sebagai antisipasi masyarakat saat munculnya wabah atau bencana terjadi mulai terlihat. Terbukti dari melonjaknya aktivitas pembelian di sejumlah retail terutama untuk produk seperti hand sanitizer, masker, obat-obatan dan multivitamin hingga berbagai makanan pokok yang juga diikuti kenaikan harga barang-barang tersebut.
Merespon fenomena ini, Grant Thornton Indonesia menjabarkan setidaknya tiga kerugian dari panic buying ini yakni pertama inflasi akan meningkat.
Aktivitas pembelian yang berlebihan tentu akan berpengaruh kepada perekonomian, fenomena panic buying oleh masyarakat akan memicu kelangkaan berbagai produk dan berdampak pada kenaikan harga barang tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan inflasi yang akan mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia. Aksi panic buying yang hanya beberapa bulan sebelum Idul Fitri akan menyebabkan kenaikan inflasi yang lebih awal dan lebih lama.