Waketum MUI: Munajat 212 Sudah Melenceng
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketum Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi menyayangkan sikap MUI Provinsi DKI sebagai salah satu pemrakarsa acara Malam Munajat 212 yang tidak mampu mengendalikan kegiatan tersebut agar tetap berada pada arah dan tujuan semula.
Yaitu untuk kegiatan berdoa, berzikir dan bermunajat kepada Allah SWT. Untuk memohon keselamatan bangsa dan negara.
"Munajat 212 sudah melenceng. Tujuannya menjurus ke arah politik praktis dengan melibatkan diri aksi dukung mendukung salah satu paslon capres tertentu," kata Zainut dalam pernyataan resminya, Sabtu (23/2).
Sebagai lembaga keagamaan, lanjutnya, MUI tidak boleh terseret ke dalam kegiatan politik praktis. Sebab, hal tersebut tidak sesuai dengan karakter, khittah dan jati diri MUI sebagai tenda besar umat Islam yang menjadi wadah berhimpun para ulama, zu'ama dan cendekiawan muslim dari berbagai ormas Islam. MUI memiliki tugas untuk memberikan bimbingan, panduan, dan perlindungan kepada semua umat Islam.
BACA JUGA: Oh Bunda Neno, Kok Puisimu Mengancam Tuhan?
"Politik yang dibangun oleh MUI adalah politik kemuliaan yang berorientasi kepada persatuan, persaudaraan, dan kemaslahatan bangsa dan negara. Bukan politik praktisan yang menimbulkan perpecahan, permusuhan dan konflik sesama anak bangsa," tuturnya.
Untuk hal tersebut, MUI harus memposisikan diri sebagai institusi yang netral, independen, menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan politik yang ada dan tidak boleh masuk ke dalam wilayah politik praktis. Apalagi diperalat dan dijadikan kendaraan politik oleh kelompok tertentu.
MUI tidak pernah melarang pengurusnya untuk berkecimpung di bidang politik praktis sepanjang hal tersebut dilakukan atas nama pribadi bukan institusi. Karena hal itu merupakan hak asasi yang dilindungi oleh konstitusi.