Wang Buliau
Oleh: Dahlan IskanIa tahu zaman selalu berubah. Tetapi kesukaan makan tidak pernah berubah. Orang selalu bangga kalau bisa makan menu yang sangat bergengsi. Antara lain karena mahalnya.
Tahun 1960-an, gengsi tertinggi kalau di pestanya disajikan gurami asam manis. "Tahun 1980-an gurami asam manis sudah dianggap biasa. Ganti hisit," katanya.
Tahun 1990-an yang bergensi bukan lagi hisit. Ganti 'bau yu'. Atau juga disebut abalon. "Sudah waktunya ganti lagi dengan Wang Buliau," kata Fajar.
Fajar biasa hidup dengan tantangan. Ketika memproduksi sepatu wanita ia bertekad harus bisa mengalahkan kualitas sepatu produksi kakaknya. Ia begitu sakit hati kenapa hanya kakaknya yang dapat perhatian lebih dari papanya.
Setiap kali usaha ia harus sukses. Ia ingin menunjukkan kepada papanya siapa yang seharusnya lebih diperhatikan.
Kini Fajar sudah 67 tahun. Tanpa istri. Ayahnya sudah meninggal. Pun mama dan kakaknya. Tetapi hati bajanya tidak pernah tua. (*)