Wanita Ini Pemimpin Termuda dalam Sejarah Selandia Baru
Di hadapan media, Ardern mengaku lega. Sebab, proses pembentukan pemerintahan yang tertunda tiga bulan akhirnya berbuah manis.
Sebelum mengumumkan keberpihakannya terhadap Buruh, Peters sudah berdialog dengan Ardern dan English selama sekitar sebulan.
Namun, sampai Peters memublikasikan keputusannya lewat siaran televisi kemarin, Ardern dan English sama-sama tidak bisa menebak arah NZ First.
Buruh dan Nasional pun sama-sama berharap pada partai yang perolehan suaranya di pemilu hanya sekitar 7 persen itu.
”Saya pun baru mengetahui kabar baik itu pada waktu yang sama dengan seluruh rakyat Selandia Baru lainnya,” kata Ardern sebagaimana dilansir Radio New Zealand.
Kemarin politikus berambut panjang itu menonton pidato Peters di markas partai. Begitu nama Buruh disebut, semua orang yang berada di dalam ruangan itu langsung bersorak girang. Termasuk Ardern.
Sosok yang akan segera menjadi PM perempuan ketiga Selandia Baru itu merupakan pemimpin termuda di negara tetangga Australia tersebut setelah Edward Stafford yang berkuasa pada 1856. Saat itu Stafford juga berusia 37 tahun. Tapi, dia lahir di bulan yang lebih tua daripada Ardern.
”Saya akan membentuk pemerintahan yang adil dan mengayomi seluruh rakyat,” janji Ardern.