Warga Mulai Melakukan Pergerakan Lagi Setelah Angka Penularan COVID-19 di Indonesia Turun
Sebelum memutuskan pergi ke Bali, Rahmadian Satari dan istrinya Myrna Kirana hanya bekerja dari rumah, dan tidak pernah keluar.
Mereka khawatir terular karena melihat sistem layanan kesehatan di Indonesia yang kewalahan menangani kasus COVID-19.
"Kami khawatir namun dalam waktu bersamaan bosan juga di rumah karena selama 18 bulan kami tidak bisa liburan," kata Poki yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta.
Meski angka kasus di Indonesia mulai menurun, mereka masih melakukan banyak persiapan serius ketika hendak berlibur, apalagi Myrna tidak bisa divaksinasi karena memiliki kondisi autoimmune disease.
Rahmadian mengatakan, di pesawat mereka menggunakan masker yang biasa dipakai oleh dokter, selalu makan di ruang terbuka dan tinggal di vila yang paling sepi yang bisa mereka temukan.
"Sebelum sampai, kami memang agak sedikit khawatir namun sampai di sini kami merasa aman, itulah mengapa kami perpanjang sampai sebulan," kata Rahmadian Satari lagi.
Menjadi pusat penyebaran tertinggi di Asia
Di saat kasus mulai meningkat lagi karena adanya varian Delta di berbagai negara, pemerintah meminta warga untuk tidak pulang kampung merayakan Idul Fitri di bulan Mei.
Kasus kemudian meningkat dengan cepat di bulan Juli dan Agustus dengan angka kematian melebihi angka 100 ribu orang di awal Agustus.