Warisan UNESCO
Oleh: Dahlan Iskan“Istimewa," kata mereka. Tapi saya belum tahu seberapa istimewa. Saya baru tahu ketika ke Ponorogo kapan itu. Lalu sempat bertemu langsung dengan sang Bupati tahun lalu. Memang istimewa.
Sugiri bukan seperti bupati. Ia seperti orang Ponorogo –hahaha ia memang orang Ponorogo. Tidak ada sikap ningrat. Tidak ada bicara yang sok pejabat. Jauh dari feodal.
Sugiri lebih mirip Warok Ponorogo. Warok masa kini: pakaiannya gaya warok tapi pemikirannya masa depan. Ia berpijak pada budaya masa lalu tapi ingin terbang ke masa jauh di depan.
Masuklah ke ''istana'' bupati Ponorogo. Kediaman resmi bupati biasanya diwibawa-wibawakan. Harus bagus. Hebat. Kalau perlu bercorak ningrat.
Kediaman bupati Ponorogo sekarang ini ia rombak habis. Ruang kerja bupati ia jadikan angkringan. Jadi warung. Jual makanan dan minuman beneran.
Sugiri juga lebih sering pakai pakaian Warok Ponorogo daripada mengenakan seragam dinas bupati.
Tiga tahun ini Sugiri uring-uringan: mengapa Reog Ponorogo belum juga berhasil diusulkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Mungkin tunggu diusulkan Malaysia. (*)