Wartawan BBC Masuki Permukiman Rohingya, Inilah Kesaksiannya
Sebagaimana pengakuan Jonathan, polisi Myanmar menyebut penduduk Rohingya justru yang membakar rumah-rumah mereka sendiri. Padahal, sebagian besar penduduk Rohingya sebenarnya telah melarikan diri setelah militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang pos polisi di kota itu pada 25 Agustus lalu.
“Di sana kami melihat setidaknya tiga kolom asap di kejauhan dan mendengar suara dari senapan otomatis secara sporadis,” sambungnya.
Saat dalam perjalanan kembali, Jonathan juga melihat kepulan asap berukuran besar dari areal persawahan yang biasanya menjadi penanda bagi sebuah desa. Jonathan dan wartawan lainnya bergegas ke lokasi kebakaran.
“Kami bisa melihat bangunan pertama di desa menyala sesaat. Rumah-rumah di desa-desa ini terbakar jadi abu dalam 20-30 menit. Jelas sekali ini baru saja dibakar,” urainya.
Selanjutnya, saat Jonathan dan rekan-rekannya berjalan, ada sekelompok anak muda termasuk para pria berotot yang menenteng parang, pedang dan ketapel bergegas pergi. “Kami mencoba untuk bertanya ke mereka, namun mereka menolak direkam,” ujar Jonathan.
Namun, kolega Jonathan yang juga jurnalis asal Myanmar bisa bertanya ke kelompok pria penenteng senjata tajam itu. Mereka mengaku sebagai warga Buddhis di Rakhine. “Satu di antara mereka mengaku telah menyalakan api dan mengatakan bahwa dia mendapat bantuan dari polisi,” sambung Jonathan.
Selanjutnya saat Jonathan dan rombongan berjalan lebih jauh, terlihat sebuah madrasah yang atapnya terbakar. Api dari madrasah itu juga menjilat rumah lain di sekitarnya.
“Dalam tiga menit, itu adalah sebuah neraka. Tak ada orang lain di desa itu. Orang-orang yang kami lihat adalah pelakunya,” papar Jonathan.