Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Waspada Insomnia Kronis

Jumat, 27 September 2019 – 04:15 WIB
Waspada Insomnia Kronis - JPNN.COM
Ilustrasi - Stres. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sementara pada insomnia sekunder, gangguan tidur berasal dari sesuatu yang lain, seperti kondisi kesehatan (asma, depresi, radang sendi, dan kanker) serta pengaruh obat-obatan atau zat tertentu seperti alkohol.

Terkadang, insomnia hanya berlangsung beberapa hari dan hilang dengan sendirinya, terutama ketika terkait dengan penyebab sementara yang jelas. Misalnya, stres menjelang presentasi, perpisahan yang menyakitkan, atau jet lag. 

Namun, penyebab insomnia tidak hanya itu. Masih ada beberapa penyebab lain yang bisa mengganggu tidur Anda, yaitu:

Masalah Psikologi 
Kecemasan, stres, dan depresi adalah beberapa penyebab paling umum dari insomnia kronis. Sebaliknya, insomnia juga bisa membuat kecemasan, stres, dan depresi bertambah buruk. 

Penyebab emosional dan psikologis umum lainnya termasuk kemarahan, kekhawatiran, kesedihan, gangguan bipolar, dan trauma.

Masalah atau penyakit medis
Banyak kondisi dan penyakit medis dapat menyebabkan insomnia, seperti asma, alergi, Parkinson, Alzheimer, hipertiroidisme, refluks asam lambung, lesi di otak, tumor, stroke, sleep apnea, penyakit ginjal, dan kanker. Nyeri kronis juga merupakan penyebab umum insomnia.

Obat-obatan 
Beberapa jenis obat yang dapat mengganggu tidur, antara lain adalah antidepresan, stimulan untuk ADHD, kortikosteroid, hormon tiroid, obat tekanan darah tinggi, dan beberapa jenis kontrasepsi.

Lain-lain
Selain itu, ada beberapa kondisi umum dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mengganggu tidur Anda. Misalnya, tidur di dekat orang yang mendengkur, kondisi genetik, jet lag, perubahan jam kerja, cuaca dingin atau panas yang ekstrem, berada di ketinggian tertentu, kehamilan, dan sebagainya.(klikdokter)

Penentuan seseorang terkena insomnia berdasarkan pada kualitas tidur dan bagaimana perasaannya saat terbangun, bukan dari durasi tidur atau seberapa cepat tertidur.

Redaktur & Reporter : Yessy

Sumber klikdokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News